Surabaya, Jurnaljatim.com
Kongres ke 3, AGPAI (Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam) digelar JX Internasional, di Surabaya, Sabtu (2/12/2017). Kongres itu dihadiri Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Duta Besar Finlandia untuk Indonesia, Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Surabaya, Wakil Gubernur Jatim Syaifullah Yusuf dan semua organisasi masyarakat keagamaan baik Islam dan Non-Islam.
Kongres ke 3, AGPAI (Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam) digelar JX Internasional, di Surabaya, Sabtu (2/12/2017). Kongres itu dihadiri Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Duta Besar Finlandia untuk Indonesia, Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Surabaya, Wakil Gubernur Jatim Syaifullah Yusuf dan semua organisasi masyarakat keagamaan baik Islam dan Non-Islam.
Ketua panitia AGPAI Mohammad Ghozali mengatakan dalam kongres yang bertema “Memantabkan Keberagamaan dan Merawat Kebergaman untuk Kejayaan NKRI” itu dihadiri sekitar 10 ribu guru agama di seluruh Indonesia.
Ia mengatakan, ada beberapa hal yang menjadi agenda yakni membahas program selama 5 tahun, meninjau kembali AD-ART, pemilihan pengurus 2017-2022 dan merekomendasi pendidikan agama Islam di Indonesia baik dari sisi guru regulasi dan lainnya.
“Isu utama yang dibahas adalah kekurangan guru Pendidikan Agama Islam (PAI),” kata Ghozali yang juga guru SDN Gosari Ujung Pangkah, Gresik.
Menurut dia, di Indonesia masih kekurangan 21 ribu guru dikarenakan belum ada rekrutmen guru. Hal itu, anak sekolah akan diajar oleh guru tidak kompeten dan bisa dirasuki paham radikal.
“Kenapa mendesak harus diisi, karena merupakan pemberi revolusi mental kepada siswa. Agama sangat rawan. Kalau diajarkan orang yang salah takutnya menyesatkan. Kekurangan guru itu membuat banyak kelompok radikal ingin masuk ke sekolah,” katanya melansir pojokpitu.
Kedua yang mereka memperjuangkan adalah nasab. Dia mengungkapkan, saat ini guru PAI dibawah kewenangan Kemenag karena merupakan pembinaan agama namun masih harus diangkat dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang menyebabkan sering terjadinya tarik ulur.
Ketiga adalah kejelasan terkait kelayakan guru honorer. Menurutnya perlu ada standarisasi sebab masih banyak yang digaji sedikit. Juga memperjuangkan guru honorer untuk diangkat PNS. Honorer guru agama di Surabaya ada sekitar 10 ribu. Kebanyakan sudah mengajar 10 tahun lebih tapi belum jadi pegawai tetap.
Terakhir adalah memperjuangkan adanya regulasi yang akan melindungi profesi guru. Pada kongres AGPAI ke-3 nantinya juga akan ada deklarasi guru PAI untuk setia kepada NKRI dan menyebar Islam Rahmatan lil Alamin. (Jur)
No tags for this post.
Komentar